gravatar

SEBUAH RENUNGAN

Akhir-akhir ini ramai dibicarakan berita tentang, ayam glonggong, sapi glongong, ayam tiren, ayam busuk, tak ketinggalan daging olahan sisa dari makanan hotel dan restoran.

Sungguh tega orang-orang yang melakukan kejahatan yang menipu dan menjerumuskan konsumen sehingga mengkonsumsi makanan haram dan tidak baik.

Seperti halnya daging olahan sisa dari makanan restoran dan hotel, begitu kita mendengar berita tsb spontanitas kita berkomentar " wah kurang ajar ni orang, bisa-bisanya berbuat jahat seperti itu," atau "wah selayaknya ditangkep aja tu orang, penjara aja..." dan masih banyak lagi komentar-komentar lain yang senada.


Sekilas flashback, terkadang kita pun andil terhadap terjadinya hal itu, kenapa? Ya, disaat kita diundang makan entah itu di restoran atau undangan perkawinan karena mengedepankan hawa nafsu dan aji "mumpung", mumpung gratis, sering tidak sadar (atau sebenarnya sadar?)kita berlebih-lebihan dalam mengambil porsi makan tanpa mengukur kapasitas perut. Akhirnya gak habis. Ditinggal deh begitu saja....

Selanjutnya oleh pelayan ga tau kita mau diapakan sisa-sisa makan tadi. Ternyata terjawablah dengan munculnya kasus yang akhir-akhir ini sedang heboh.

Menurut teori keseimbangan disaat terjadi melimpahnya makanan, dan melimpahnya kemubaziran maka di bumi belahan lain terjadilah kekurangan dan kelaparan, disaat suatu tempat terdapat kekayaan yang menggunung maka di bumi belahan lain terdapatlah jurang kemiskinan yang amat dalam.

Kemudian berfikirlah otak kita yang dibarengi dengan hati, mengapa sampai terjadi kasus pengolahan sisa-sisa daging?

Hati pun berbicara, banyak orang-oarang yang tidak mampu (fakir miskin), yang sangat ingin merasakan lezatnya sepotong daging (apalagi kini banyak warta kuliner nan menggiurkan), selain itu juga mereka ingin anak2nya tumbuh mendapatkan asupan gizi yang baik, namun disisi lain untuk mendapatkannya sangatlah tidak mungkin.

Sebaliknya mereka sering menyaksikan orang-orang yang berduit (orang kaya) dengan mudahnya keluar masuk restoran hanya untuk memuaskan hawa nafsu yang sesaat sambil tertawa-tawa seolah tidak menghiraukan bahwa masih banyak saudaranya yang mengais-ngais sampah sekedar untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.

Maka disisi lain hati ini pun terkadang memahami (bukan berarti menghalalkan) apa yang dilakukan "pak Darmo" yang ternyata memang mempunyai pelanggan yang banyak mengingat harga daging olahannya sangat terjangkau oleh kaum papa. Karena mereka pun tak tau lagi harus bagaimana caranya agar kaumnya juga bisa menikmati apa yang dinikmati oleh orang-orang kaya.

Sayangnya mereka tak berfikir (atau tak mau berfikir?) akan akibat yang di derita kelak oleh para konsumennya.

Dan semua ini terjadi karena menipisnya/minimnya keimanan pada diri manusia.

Marilah kita dimulai dari diri sendiri untuk tidak berlebih-lebihan dalam segala hal, biarpun kita mampu jagalah keseimbangan agar tidak terjadi kesenjangan yang amat sangat.

Memang yang kita dapat adalah hasil kerja keras kita sendiri, hasil keringat kita sendiri, tapi itu semua terjadi karena Izin Allah yang dilimpahkan kepada kita.

Wallahu a'lam...

Bintara